Aksi nyata topik 1 : pembelajaran untuk setting pendidikan inklusif

 #GBBUDL #gtkdikmendiksus #kemdikbudristekdikti Aksi Nyata topik 1.  Pembelajaran untuk setting pendidikan inklusif. Selamat malam rekan – rekan, Bapak/Ibu Guru Hebat, dan wali siswa semua. dalam rangka memenuhi tahapan penyelesaian Bimtek Universal Design for Learning yang diselenggarakan oleh Kemdikbudristekdikti, izinkan saya membagikan pemahaman mengenai materi Konsep Dasar Pendidikan Inklusif. Apakah Bapak/Ibu atau teman - teman pernah mendengar istilah "inklusif"?.  Inklusif, atau inclusion dalam bahasa Inggris, adalah sikap mengajak masuk atau mengikutsertakan. Inklusif juga bisa memiliki arti memahami sesuai sudut pandang orang atau kelompok lain dengan latar belakang yang berbeda-beda. Lalu apa korelasi antara inklusif dengan dunia pendidikan kita? Dewasa ini sering terdengar instilah pendidikan inklusif atau pembelajaran setting pendidikan inklusif. Apa maksudnya? Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang tidak membedakan kondisi peserta didik. Kita tentu pernah me

SAK TBC

TUBERKULOSIS PARU
( TBC )

A. DEFINISI
Tuberkulosis paru (TBC) adalah suatu penyakit infeksi kronik, akut / sub akut yang disebabkan oleh mikrobakterium tuberkulosis yang bersifat tahan asam, aerob, basil gram positif yang menyerang struktur alveolar paru-paru.
B. PATOFISIOLOGI
Penularan TBC terjadi karena kuman dibatukkan/ dibersihkan oleh penderita secara “Droplet Infection” (udara yang dihirup ketika bernapas) sehingga basil tersebut masuk ke dalam alveoli dan terjadi infeksi.
Tempat implantasi kuman TBC yang paling sering adalah permukaan alveoli dari parenkim paru pada bagian bawah lobus atas atau bagian atas lobus bawah. Reaksi basil ini merupakan proses peradangan aolveoli yang akut yang dapat sembuh sendiri dan dapat berkembang lebih lanjut dimana peradangan menjadi degeneratif dan eksudat menjadi lebih banyak. Gejala klinik penyakit ini bervariasi dari tanpa gejala, hanya dengan pemeriksaan kulit positif, sampai adanya gangguan paru-paru dan gangguan sistemik. Reaksi tubuh tergantung pada daya tahan tubuh individu, jumlah basil dan virulensi basil. Ada kalanya penderita yang terinfeksi basil tidak menunjukkan TBC aktif tetapi hanya ditunjukkan dari pemeriksaan kulit positif, foto thoraks (ditemukan adanya klasifikasi dan kavitas).
TBC aktif dapat terjadi pada seseorang yang mengalami stress fisik / emosi, orang-orang yang bekerja berat, kurang tidur, kurang makan, kelelahan yang terus menerus, stess yang berat / sakit kronik.
C. GEJALA
1. Badan terasa demam, meriang terutama sore atau malam hari
2. Keringat malam hari
3. Batuk-batuk, awalnya batuk kering lalu batuk produktif sampai batuk darah.
4. Berat badan menurun
5. Nafsu makan tidak ada
6. Rasa lemah, cepat lelah, rasa tidak enak badan
7. Nyeri dada jarang terjadi, timbul bila infiltrasi radang sudah sampai plirura.
8. Pembengkakan kelenjar limfe
9. Sesak napas timbul bila penyakit sudah lanjut.
D. PENATALAKSANAAN
1. Obat utama : INH, Ethabutol, Rimfampisin, Streptomicin.
2. Obat sekunder : PAS, Pirazinamide, Exhambutol
3. Analgesik
4. Diet : tinggi protein, tinggi karbohidrat
5. Isolasi Penderita
6. Tindak lanjut pada keluarga dan orang yang kontak dengan pasien setelah pulang.
7. Terapi bedah antara lain drainase abses paru, reseksi paru.
E. PENGKAJIAN
a. Data obyektif
Batuk-batuk produktif, batuk darah
Sesak napas
Malaise
Demam
BB turun
Keluar keringat pada sore dan malam hari
Pucat
Dahak
o Kuning kehijauan, banyak di pagi hari
o BTA positif
LED meningkat
Mantoux test positif
b. Data Subyektif
Nafas semakin turun, nyeri dada, sesak napas, batuk-batuk darah, sakit kepala.
c. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : laju endap darah meningkat, lekositosis, PAB-TB positif, sputum.
Diagnostik :
o Tuberkulosis PPD positif (hasilnya 10 mm atau lebih sesudah 24-72 jam).
o Foto thoraks : klasifikasi, pembesaran kelenjar limfe daerah hilus, pembesaran infiltrat. Adanya pleural efusion / kavitasi.
o Bronkoskopi
o Biopsil pleura
o Biopsi kelenjar limfe.
F. DIAGNOSA, TUJUAN, KRITERIA HASIL, DAN RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Kurang efektivitasnya pola pernapasan sehubungan dengan sekresi yang kental dan kemampuan batuk yang menurun.
Tujuan : pola pernapasan yang efektif, frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal, dispnea berkurang.
Kriteria Hasil :
Rencana Tindakan :
a. Kaji frekuensi, irama dan kedalaman frekuensi pernapasan
b. Kaji tanda-tanda adanya sianosis.
c. Kaji kualitas sputum : warna, bau dan konsitensi.
d. Monitor, tensi, nadi, respirasi, suhu tiap 6 jam.
e. Beri posisi semi fowler / fowler.
f.  Ajarkan pasien cara batuk yang efektif dan produktif
g. Lakukan fisioterapi dada minimal 3 kali / hari.
h. Beri O2 bila perlu
i.  Beri obat-obatan sesuai program dokter
j.  Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan analisa gas darah bila penderita sesak napas / ulang foto thorak.
2. Potensial terjadinya penularan sehubungan dengan ketidaktahuan pasien dalam membuang sputum.
Tujuan : Mencegah terjadinya penyebaran kuman dan penularan lebih lanjut.
Kriteria Hasil :
Rencana Tindakan :
a. Jelaskan pada pasien tentang pentingnya isolasi untuk pencegahan penularan kuman melalui udara dan kontak langsung dengan sputum.
b. Ajarkan pasien supaya menutup mulut bila batuk dan bicara tidak berhadapan langsung tetapi memalingkan kepala.
c. Jelaskan pada pasien cara penampungan sputum.
d. Anjurkan pada keluarga pasien untuk memeriksaan diri.
e. Berikan obat-obatan anti tuberkulosis sesuai program dokter.
3. Potensial perubahan nutrisi karena kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan napsu makan menurun.
Tujuan :
Jangka Panjang : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
Jangka Pendek :
o Pasien kooperatif dalam waktu 1 jam.
o Pasien mengerti pentingnya makanan bagi tubuh.
o Pasien mau menghabiskan porsi makanan yang dihidangkan.
o Berat badan stabil (dalam batas normal).
Kriteria Hasil :
Rencana Tindakan :
a. Berikan penjelasan pada pasien tentang pentingnya makanan.
b. Kaji pola makan pasien.
c. Monitor dan catat jumlah dan kualitas makanan yang masuk.
d. Timbang berat badan minimal 1 kali seminggu.
e. Beri posisi fowler saat makan untuk mengurangi sesak.
f. Ciptakan suasana makan yang nyaman.
g. Bantu pasien makan jika tidak mampu.
4. Potensial terjadinya perubahan konsep diri, harga diri yang rendah sehubungan dengan penyakit dan pengobatan yang lama.
Tujuan :
Jangka panjang : pasien tidak bosan dengan pengobatan lama.
Jangka pendek :
o Pasien mengerti bahwa pengobatan penyakitnya perlu waktu yang lama.
o Pasien mau berobat dengan teratur.
o Pasien mau minum obat secara teratur
Kriteria Hasil :
Rencana Tindakan :
a. Kaji persepsi dan penerimaan pasien serta keluarga terhadap penyakit dan pengobatannya.
b. Jelaskan pada pasien bahwa pengobatan perlu waktu lama.
c. Libatkan keluarga dalam mengatasi masalah pasien dengan memberi dukungan dan menerima pasien apa adanya.
d. Motivasi pasien untuk berobat dan minum obat secara teratur.
5. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan perawatan di rumah.
Tujuan : pasien dan keluarga mengerti tentang perawatan dirumah.
Kriteria Hasil :
Rencana Tindakan :
a. Kaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang proses penyakit.
b. Jelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
c. Jelaskan pentingnya pengobatan lanjutan dirumah dan kontrol yang teratur.
d. Jelaskan agar tidak minum obat-obtan tanpa konsultasi dengan dokter.
e. Jelaskan pentingnya minim obat secara teratur.
f. Motivasi pasien untuk menghindari kontak langsung dengan orang lain sampai diperbolehkan dokter.
6. Gangguan rasa nyaman sehubungan nyeri dada.
Tujuan :
Jangka Panjang : penderita tidak mengeluh nyeri dalam waktu + 3 jam.
Jangka Pendek :
o Nyeri berkurang setelah posisi diubah sesuai kebutuhan.
o Nyeri berkurang + ½ jam setelah diberi analgesik.
Kriteria Hasil :
Rencana Tindakan :
a. Jelaskan pada pasien tentang penyebab nyeri.
b. Kaji lama, frekuensi, tipe dan lokasi nyeri.
c. Beri posisi yang bisa mengurangi rasa nyeri sesuai keadaan pasien.
d. Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, tensi, pernapasan.
e. Ajarkan tehnik relaksasi.
f. Ciptakan suasana tenang
g. Laksanakan kolaborasi dengan dokter dalam memberikan obat analgesik.

G. PELAKSANAAN
Perwujudan dari tindakan perawatan yang telah direncanakan yang terdiri dari validasi (pengesahan rencana keperawatan). Menulis / mendokumentasikan rencana keperawatan dan memberikan Asuhan Keperawatan.
H. EVALUASI
Kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan penderita, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

contoh kasus asuhan keperawatan dengan pasien gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit

PRE TEST ANATOMI SISTEM KAKRDIOVASKULER kelas X Asisten Keperawatan

Model konseptual keperawatan sister calista roy