Aksi nyata topik 1 : pembelajaran untuk setting pendidikan inklusif

 #GBBUDL #gtkdikmendiksus #kemdikbudristekdikti Aksi Nyata topik 1.  Pembelajaran untuk setting pendidikan inklusif. Selamat malam rekan – rekan, Bapak/Ibu Guru Hebat, dan wali siswa semua. dalam rangka memenuhi tahapan penyelesaian Bimtek Universal Design for Learning yang diselenggarakan oleh Kemdikbudristekdikti, izinkan saya membagikan pemahaman mengenai materi Konsep Dasar Pendidikan Inklusif. Apakah Bapak/Ibu atau teman - teman pernah mendengar istilah "inklusif"?.  Inklusif, atau inclusion dalam bahasa Inggris, adalah sikap mengajak masuk atau mengikutsertakan. Inklusif juga bisa memiliki arti memahami sesuai sudut pandang orang atau kelompok lain dengan latar belakang yang berbeda-beda. Lalu apa korelasi antara inklusif dengan dunia pendidikan kita? Dewasa ini sering terdengar instilah pendidikan inklusif atau pembelajaran setting pendidikan inklusif. Apa maksudnya? Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang tidak membedakan kondisi peserta didik. Kita tentu pernah me

ANFIS KELAS X: SOP PEMERIKSAAN FISIK SISTEM NEUROLOGIS

 STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM NEUROLOGIS (SARAF)


A. PENGERTIAN 

pemeriksaan fisik sistem neurologis adalah salah satu cara untuk mengetahui status, tanda - tanda atau masalah  kesehatan khususnya pada sistem saraf yang dialami oleh pasien melalui pengumpulan data secara objektif


B. TUJUAN

  1. mengidetifikasi secara dini status sistem saraf
  2. mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan kesehatan yang muncul atau dikeluhkan serta tanda - tanda perbahan status sistem saraf
  3. mampu melakukan rujukan dan kolaborasi dengan tenaga kesehata lainnya jika ditemukan permasalahan atau perubahan status sistem saraf/
C INDIKASI 
  1. pasien dengan gangguan sistem neurologis
D. KONTRA INDIKASI
Tidak ada


PERSIAPAN ALAT:
  1. bahan - bahan pembau
  2. snellen chart
  3. bolpen wara terang
  4. ishihara
  5. kapas
  6. togue spatel


PERSIAPAN PASIEN DAN LINGKUNGAN
  1. meberikan informasi tentang tindakan yang akan dilakukan
  2. menyiapkan pasien dalam keadaan tenang dan rileks
  3. menyiapkan keadaanyang aman dan nyaman
  4. menjaga privasi pasien
PELAKSANAAN
  1. mencuci tangan
  2. membawa alat - alat ke dekat pasien
  3. menjelaskan prosedur pada pasien
  4. mengatur posisi pasien senyamana mungkin
Saraf I (N. Olfaktorius)
 Cara Pemeriksaan :
 Kedua mata ditutup 
 Lubang hidung ditutup 
 Dilihat apakah tidak ada gangguan pengaliran udara 
 Kemudian bahan satu persatu didekatkan pada lubang hidung yang terbuka dan penderita diminta menarik nafas panjang, kemudian diminta mengidentifikasi bahan tersebut.




Saraf II (N. Opticus)

Penglihatan sentral 
Untuk keperluan praktis, membedakan kelainan refraksi dengan retina digunakan PIN HOLE (apabila penglihatan menjadi lebih jelasmaka berarti gangguan visus akibat kelainan refraksi). Lebih tepat lagi dengan optotype Snellen. Yang lebih sederhana lagi memakai jari-jari tangan dimana secara normal dapat dilihat pada jarak 60 m dan gerakan tangan dimana secara normal dapat dilihat pada jarak 300 m.

 



Penglihatan Perifer 
diperiksa dengan : 
 Tes Konfrontasi. 
 Pasien diminta untuk menutup satu mata, kemudian menatap mata pemeriksa sisi lain. 
 Mata pemeriksa juga ditutup pada sisi yang lain, agar sesuai denganlapang pandang pasien. 
 Letakkan jari tangan pemeriksa atau benda kecil pada lapang pandang pasien dari 8 arah. 
 Pasien diminta untuk menyatakan bila melihat benda tersebut. Bandingkan lapang pandang pasien dengan lapang pandang pemeriksa. 
 Syarat pemeriksaan tentunya lapang pandang pemeriksa harus normal.





Melihat warna
Persepsi warna dengan gambar stilling Ishihara. Untuk mengetahui adanya polineuropati pada N II.





Saraf III (N. Oculo-Motorius) 
Pemeriksaan meliputi 
1. Retraksi kelopak mata atas Bisa didapatkan pada keadaan : 
 Hidrosefalus (tanda matahari terbit) 
 Dilatasi ventrikel III/aquaductus Sylvii 
 Hipertiroidisme

2. Ptosis 
Pada keadaan normal bila seseorang melihat kedepan, maka batas kelopak mata atas akan memotong iris pada titik yang sama secara bilateral. Bila salah satu kelopak mata atas memotong iris lebih rendah daripada mata yang lain, atau bila pasien mendongakkan kepala ke belakang/ ke atas (untuk kompensasi) secara kronik atau mengangkat alis mata secara kronik dapat dicurigai sebagai ptosis.
 Penyebab Ptosis adalah: 
 False Ptosis : enophtalmos (pthisis bulbi), pembengkakan kelopak mata (chalazion). 
 Disfungsi simpatis (sindroma horner). 
 Kelumpuhan N. III 
 Pseudo-ptosis (Bell’s palsy, blepharospasm) 
 Miopati (miastenia gravis).



Pupil
 Pemeriksaan pupil meliputi : 
Bentuk dan ukuran pupil. 
Bentuk yang normal adalah bulat, jika tidak maka ada kemungkinan bekas operasi mata. Pada sifilis bentuknya menjadi tidak teratur atau lonjong/segitiga. Ukuran pupil yang normal kira-kira 2-3 mm (garis tengah). 
Pupil yang mengecil disebut Meiosis, yang biasanya terdapat pada Sindroma Horner, pupil Argyl Robertson( sifilis, DM, multiple sclerosis). 
Sedangkan pupil yang melebar disebut mydriasis, yang biasanya terdapat pada parese/ paralisa 

 Bila antara pupil kanan dengan kiri sama besarnya maka disebut isokor. Bila tidak sama besar disebut anisokor. 





Gerakan bola mata (bersama-sama dengan N. IV dan VI)

•Test N IV Trochlear, kepala tegak lurus, letakkan obyek kurang lebih 60 cm sejajar mid line mata, gerakkan obyek kearah kanan. Observasi adanya deviasi bola mata, diplopia, nistagmus.


• Test N VI Abducens, minta klien untuk melihat kearah kiri dan kanan tanpa menengok.



Test nervus V (Trigeminus)
Fungsi sensasi, caranya : dengan mengusap pilihan kapas pada kelopak mata atas dan bawah.
• Refleks kornea langsung maka gerakan mengedip ipsilateral.
• Refleks kornea consensual maka gerakan mengedip kontralateral.
Usap pula dengan pilihan kapas pada maxilla dan mandibula dengan mata klien tertutup. Perhatikan apakah klien merasakan adanya sentuhan.
Fungsi motorik, caranya : klien disuruh mengunyah, pemeriksa melakukan palpasi pada otot temporal dan masseter.



Test nervus VII (Facialis)
• Fungsi sensasi, kaji sensasi rasa bagian anterior lidah, terhadap asam, manis, asin pahit. Klien tutup mata, usapkan larutan berasa dengan kapas/teteskan, klien tidak boleh menarik masuk lidahnya karena akan merangsang pula sisi yang sehat.
• Otonom, lakrimasi dan salivasi
• Fungsi motorik, kontrol ekspresi muka dengancara meminta klien untuk : tersenyum, mengerutkan dahi, menutup mata sementara pemeriksa berusaha membukanya








 Test nervus VIII (Acustikus)
Fungsi sensoris :
• Cochlear (mengkaji pendengaran), tutup satu telinga klien, pemeriksa berbisik di satu telinga lain, atau menggesekkan jari bergantian kanan-kiri.



• Vestibulator (mengkaji keseimbangan), klien diminta berjalan lurus, apakah dapat melakukan atau tidak.




Test nervus IX (Glossopharingeal) dan nervus X (Vagus)
• N IX, mempersarafi perasaan mengecap pada 1/3 posterior lidah, tapi bagian ini sulit di test demikian pula dengan M.Stylopharingeus. Bagian parasimpatik N IX mempersarafi M. Salivarius inferior.
• N X, mempersarafi organ viseral dan thoracal, pergerakan ovula, palatum lunak, sensasi pharynx, tonsil dan palatum lunak.
Test : inspeksi gerakan ovula (saat klien menguapkan “ah”) apakah simetris dan tertarik keatas.
Refleks menelan : dengan cara menekan posterior dinding pharynx dengan tong spatel, akan terlihat klien seperti menelan.




Test nervus XI (Accessorius)
• Klien disuruh menoleh kesamping melawan tahanan. Apakah Sternocledomastodeus dapat terlihat ? apakah atropi ? kemudian palpasi kekuatannya.
• Minta klien mengangkat bahu dan pemeriksa berusaha menahan —- test otot trapezius.



Nervus XII (Hypoglosus)
• Mengkaji gerakan lidah saat bicara dan menelan
• Inspeksi posisi lidah (mormal, asimetris / deviasi)
• Keluarkan lidah klien (oleh sendiri) dan memasukkan dengan cepat dan minta untuk menggerakkan ke kiri dan ke kanan.






nah, sekarang daatakah kalian melakukan pemeriksaan N 1 - 12 ke teman - teman kalian?
dan berikan hasil pemeriksaan kalian di kolom komentar ya



sumber : 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

contoh kasus asuhan keperawatan dengan pasien gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit

PRE TEST ANATOMI SISTEM KAKRDIOVASKULER kelas X Asisten Keperawatan

Model konseptual keperawatan sister calista roy