STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM NEUROLOGIS (SARAF)
A. PENGERTIAN
pemeriksaan fisik sistem neurologis adalah salah satu cara untuk mengetahui status, tanda - tanda atau masalah kesehatan khususnya pada sistem saraf yang dialami oleh pasien melalui pengumpulan data secara objektif
B. TUJUAN
- mengidetifikasi secara dini status sistem saraf
- mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan kesehatan yang muncul atau dikeluhkan serta tanda - tanda perbahan status sistem saraf
- mampu melakukan rujukan dan kolaborasi dengan tenaga kesehata lainnya jika ditemukan permasalahan atau perubahan status sistem saraf/
C INDIKASI
- pasien dengan gangguan sistem neurologis
D. KONTRA INDIKASI
Tidak ada
PERSIAPAN ALAT:
- bahan - bahan pembau
- snellen chart
- bolpen wara terang
- ishihara
- kapas
- togue spatel
PERSIAPAN PASIEN DAN LINGKUNGAN
- meberikan informasi tentang tindakan yang akan dilakukan
- menyiapkan pasien dalam keadaan tenang dan rileks
- menyiapkan keadaanyang aman dan nyaman
- menjaga privasi pasien
PELAKSANAAN
- mencuci tangan
- membawa alat - alat ke dekat pasien
- menjelaskan prosedur pada pasien
- mengatur posisi pasien senyamana mungkin
Saraf I (N. Olfaktorius)
Cara Pemeriksaan :
Kedua mata ditutup
Lubang hidung ditutup
Dilihat apakah tidak ada gangguan pengaliran udara
Kemudian bahan satu persatu didekatkan pada lubang hidung yang
terbuka dan penderita diminta menarik nafas panjang, kemudian
diminta mengidentifikasi bahan tersebut.
Untuk keperluan praktis, membedakan kelainan refraksi dengan retina
digunakan PIN HOLE (apabila penglihatan menjadi lebih jelasmaka
berarti gangguan visus akibat kelainan refraksi). Lebih tepat lagi dengan
optotype Snellen. Yang lebih sederhana lagi memakai jari-jari tangan
dimana secara normal dapat dilihat pada jarak 60 m dan gerakan tangan
dimana secara normal dapat dilihat pada jarak 300 m.
Penglihatan Perifer
diperiksa dengan :
Tes Konfrontasi.
Pasien diminta untuk menutup satu mata, kemudian menatap mata
pemeriksa sisi lain.
Mata pemeriksa juga ditutup pada sisi yang lain, agar sesuai
denganlapang pandang pasien.
Letakkan jari tangan pemeriksa atau benda kecil pada lapang pandang
pasien dari 8 arah.
Pasien diminta untuk menyatakan bila melihat benda tersebut.
Bandingkan lapang pandang pasien dengan lapang pandang
pemeriksa.
Syarat pemeriksaan tentunya lapang pandang pemeriksa harus normal.
Melihat warna
Persepsi warna dengan gambar stilling Ishihara. Untuk mengetahui
adanya polineuropati pada N II.
Saraf III (N. Oculo-Motorius)
Pemeriksaan meliputi
1. Retraksi kelopak mata atas
Bisa didapatkan pada keadaan :
Hidrosefalus (tanda matahari terbit)
Dilatasi ventrikel III/aquaductus Sylvii
Hipertiroidisme
2. Ptosis
Pada keadaan normal bila seseorang melihat kedepan, maka batas
kelopak mata atas akan memotong iris pada titik yang sama secara
bilateral. Bila salah satu kelopak mata atas memotong iris lebih rendah
daripada mata yang lain, atau bila pasien mendongakkan kepala ke
belakang/ ke atas (untuk kompensasi) secara kronik atau mengangkat alis
mata secara kronik dapat dicurigai sebagai ptosis.
Penyebab Ptosis adalah:
False Ptosis : enophtalmos (pthisis bulbi), pembengkakan kelopak
mata (chalazion).
Disfungsi simpatis (sindroma horner).
Kelumpuhan N. III
Pseudo-ptosis (Bell’s palsy, blepharospasm)
Miopati (miastenia gravis).
Pupil
Pemeriksaan pupil meliputi :
Bentuk dan ukuran pupil.
Bentuk yang normal adalah bulat, jika tidak maka ada kemungkinan
bekas operasi mata. Pada sifilis bentuknya menjadi tidak teratur
atau lonjong/segitiga. Ukuran pupil yang normal kira-kira 2-3 mm
(garis tengah).
Pupil yang mengecil disebut Meiosis, yang biasanya
terdapat pada Sindroma Horner, pupil Argyl Robertson( sifilis, DM,
multiple sclerosis).
Sedangkan pupil yang melebar disebut
mydriasis, yang biasanya terdapat pada parese/ paralisa
Bila antara pupil kanan dengan kiri sama besarnya maka disebut
isokor. Bila tidak sama besar disebut anisokor.
Gerakan bola mata (bersama-sama dengan N. IV dan VI)
•Test N IV Trochlear, kepala tegak lurus, letakkan obyek kurang lebih 60 cm sejajar mid line mata, gerakkan obyek kearah kanan. Observasi adanya deviasi bola mata, diplopia, nistagmus.
• Test N VI Abducens, minta klien untuk melihat kearah kiri dan kanan tanpa menengok.
Test nervus V (Trigeminus)
Fungsi sensasi, caranya : dengan mengusap pilihan kapas pada kelopak mata atas dan bawah.
• Refleks kornea langsung maka gerakan mengedip ipsilateral.
• Refleks kornea consensual maka gerakan mengedip kontralateral.
Usap pula dengan pilihan kapas pada maxilla dan mandibula dengan mata klien tertutup. Perhatikan apakah klien merasakan adanya sentuhan.
Fungsi motorik, caranya : klien disuruh mengunyah, pemeriksa melakukan palpasi pada otot temporal dan masseter.
Test nervus VII (Facialis)
• Fungsi sensasi, kaji sensasi rasa bagian anterior lidah, terhadap asam, manis, asin pahit. Klien tutup mata, usapkan larutan berasa dengan kapas/teteskan, klien tidak boleh menarik masuk lidahnya karena akan merangsang pula sisi yang sehat.
• Otonom, lakrimasi dan salivasi
• Fungsi motorik, kontrol ekspresi muka dengancara meminta klien untuk : tersenyum, mengerutkan dahi, menutup mata sementara pemeriksa berusaha membukanya
Test nervus VIII (Acustikus)
Fungsi sensoris :
• Cochlear (mengkaji pendengaran), tutup satu telinga klien, pemeriksa berbisik di satu telinga lain, atau menggesekkan jari bergantian kanan-kiri.
• Vestibulator (mengkaji keseimbangan), klien diminta berjalan lurus, apakah dapat melakukan atau tidak.
Test nervus IX (Glossopharingeal) dan nervus X (Vagus)
• N IX, mempersarafi perasaan mengecap pada 1/3 posterior lidah, tapi bagian ini sulit di test demikian pula dengan M.Stylopharingeus. Bagian parasimpatik N IX mempersarafi M. Salivarius inferior.
• N X, mempersarafi organ viseral dan thoracal, pergerakan ovula, palatum lunak, sensasi pharynx, tonsil dan palatum lunak.
Test : inspeksi gerakan ovula (saat klien menguapkan “ah”) apakah simetris dan tertarik keatas.
Refleks menelan : dengan cara menekan posterior dinding pharynx dengan tong spatel, akan terlihat klien seperti menelan.
Test nervus XI (Accessorius)
• Klien disuruh menoleh kesamping melawan tahanan. Apakah Sternocledomastodeus dapat terlihat ? apakah atropi ? kemudian palpasi kekuatannya.
• Minta klien mengangkat bahu dan pemeriksa berusaha menahan —- test otot trapezius.
Nervus XII (Hypoglosus)
• Mengkaji gerakan lidah saat bicara dan menelan
• Inspeksi posisi lidah (mormal, asimetris / deviasi)
• Keluarkan lidah klien (oleh sendiri) dan memasukkan dengan cepat dan minta untuk menggerakkan ke kiri dan ke kanan.
nah, sekarang daatakah kalian melakukan pemeriksaan N 1 - 12 ke teman - teman kalian?
dan berikan hasil pemeriksaan kalian di kolom komentar ya
sumber :
Komentar