Definisi :
Kateterisasi uretra adalah memasukkan kateter ke dalam buli-buli melalui uretra dengan berbagai indikasi.
Tujuan :
Tujuan diagnosis pemasangan kateter sebagai berikut.
1.
Kateterisasi pada wanita dewasa untuk memperoleh contoh urine guna pemeriksaan kultur urine. Tindakan ini diharapkan dapat mengurangi resiko terjadinya kontamonasi sample urine oleh bakteri komensal yang terdapat di sekitar kulit vulva atau vagina.
2.
Mengukur residu (sisa) urine yang dikerjakan sesaat setelah pasien miksi.
3.
Memasukkan bahan kontras untuk pemeriksaan radiology antara lain : sistografi atau pemeriksaan adanya refluks vesiko-ureter melalui pemeriksaan voiding cysto-urethrography (VCUG).
4.
Pemeriksaan urodinamik untuk menentukan tekanan intra vesika.
5.
Untuk menilai produksi urine pada saat dan setelah operasi besar.
Tujuan Terapi pemasangan kateter sebagai berikut.
1.
Mengeluarkan urine dari buli-buli pada keadaan obstruksi infravesikal baik yang disebabkan oleh hyperplasia prostate maupun oleh benda asing (bekuan darah) yang menyumbat uretra.
2.
Mengeluarkan urine pada disfungsi buli-buli.
3.
Diversi urine setelah tindakan operasi system urinaria bagian bawah, yaitu pada prostatektomi, vesikolitotomi.
4.
Sebagai splint setelah operasi rekonstruksi uretra uantuk tujuan stabilisasi uretra.
5.
Pada tindakan kateterisasi bersih mandiri berkala (KBMB) atau clean intermittent catheterization.
6.
Memasukkan obat-obatan intravesika, antara lain sitostatika atau antiseptic untuk buli-buli.
Indikasi Kateterisasi
1.
Pria dengan BPH (benaign prostatic hiperplasia) yang mengalami retensio urine akut maupun kronis
2.
Penderita dengan sakit kritis atau pasca operasi dengan produksi urine yang perlu dimonitor secara ketat
3.
Penderita pasca operasi daerah urethra (bledder outlet), misalnya operasi prostat
4.
Penderita dengan gangguan fungsi buli-buli, misalnya trauma medulla spinalis, diabetes mellitus dengan buli-buli neuropathy.
5.
Sebagai spalk urethra sekaligus untuk drainage urine, misalnya pada urethtroplasty.
Persiapan alat :
Komplikasi Kateterisasi
1.
Lesi mukosa uretra
Bila ini terjadi tidak perlu dirisaukan karena dapat sembuh dengan sendirinya
2.
Salah arah (false route)
Kateter menembus dinding uretra, biasanya di daerah penoskrotal atau predifragma. Bila ini terjadi, pemasangan kateter per uretra dibatalkan dan diganti dengan sistostomi.
3.
Hematuria
Bila sebelum dipasang kateter, buli-buli telah mengalami over distension, karena retensio urine yang berkepanjangan, sehingga setelah dipasang
4.
Buli-buli spasme (uninhibitory detrusor contraction)
Kateter merupakan benda asing dan akan merangsang otot buli-buli untuk berkontraksi tanpa dapat dikendalikan oeh penderita. Gejalanya adalah rasa urgency disertai dengan bocornya urine melalui sela-sela kateter. Seringkali penderita mengeluh rasa nyeri saat urine merembes. Cara mengatasinya, tidak perlu anik dengan keluhan pasien. Bersihkan urine yang bocor, kalau perlu ganti sprei tempat tidur, anjurkan penderita beberapa kali tarik napas panjang. Bila belum menolong kolaborasikan dengan medis untuk memberikan obat golongan anti kolinergik seperti detrusitol (tolterodine) 2x2 mg untuk beberapa hari.
5.
Infeksi
Kolonisasi bakteri hampir selalu terjadi pada penderita yang memakai indwelling catheter. Koloni kuman yang menginvasi mukosa saluran kencing akan menimbulkan infeksi saluran kencing. Bila kuman menyebar melalui aliran darah akan menyebabkan septikaemia, harus diberikan antibiotic yang adekuat. Infeksi ini dapat dicegah dengan perawatan selama pemasangan, pemberian antibiotika sebelum kateter dilepas dan kateter harus segera dilepas saat tidak diperlukan lagi.
6.
Bakteriuria persiten
Bila kateter dilepas dan enderita dapat kencing lagi dengan normal maka dengan dieresis yang cukup urin akan menjadi steril kembali. Bila dalam tempo 1 bulan setelah kateter dilepas pemeriksaan urine kultur masih positif disebut sebagai Bakteriuria persiten dan harus diberantas dengan antibiotika yang sesuai
7.
Abses, periuretra dan fistel
Sepanjang uretra pada pria terdapat kelenjar periuretra dari littre bila kateter yang digunakan terlalu besar maka secret kelenjar periuretra tidak bias mengalir keluar dengan lancer dan dapat terjadi uretritis sampai abses.
8.
Terbentuknya batu buli-buli
Pada pemasangan kateter indwelling biasanya terjadi pengerakan (enkrustasi), apabila kerak ini tertinggal di dalam buli-buli dpat menjadi inti batu dan membesar.
9.
Kateter tidak dapat dilepas
Kateter tidak dapat dilepas dikarenakan :
a.
Balon tidak dapat dikempiskan oleh karena buntu (kesalahan teknis dari pabrik, terlalu lama terpasang)
Hal ini dapat diatasi dengan cara sebagai berikut:
1.
Memasukkan cairan ether ±10 ml ke dalam balon kateter. Ether akan mengembang damn pecah akibat panas tubuh. Apabila sudah terlepas, pastikan tidak ada sisa/pecahan balon yang tertinggal.
2.
Ditusuk dengan jarum panjang dengan tuntunan USG.
b.
Kerak yang cukup besar mengitasi dan lengket pada ujung kateter
Hal ini dapat diatasi dengan malakukan tindakan endoskopi atau melakukan section alta.
Prosedur Tindakan
Persiapan alat:
Set ganti kateter yang berisi :
-
1 duk alas steril
-
1 duk berlubang steril
-
1 piala ginjal steril
-
1 mangkok steril
-
4 buah kapas steril
-
Pinset steril
-
1 pasang sarung tangan steril
-
Urin bag
-
Aquadest
-
Spuit
-
Plester
-
Jelly
-
Kateter
-
Korentang steril
-
Handuk bawah
-
Kom mandi bawah
-
Alcohol 70%
-
Perlak
-
Sabun mandi
Langkah-langkah:
1.
Jelaskan maksud dan tujuan dari prosedur pemasangan kateter pada pasien
2.
Tutup tirai dan pintu kama pasien
3.
Perawat cuci tangan
4.
k/p bersihkan daerah perineum dengan sabun dan keringkan
5.
atur posisi untuk pemasangan kateter
6.
wanita : dorsal recumbent
7.
pria
:supine
8.
letakkan set kateter diantara kedua tungkai bawah pasien dengan jarak min 45cm dari perineum pasien
9.
buka set kateter
10.
gunakan sarung tangan steril
11.
pasang duk berlubang di daerah genetalia pasien
12.
test balon kateter
13.
membuka daeah meatus:
14.
wanita
: buka labia dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jarikiri, lalu sedikit ditarik keatas.
15.
Pria
: pegang daerah dibawah glands penis dengan ibu jari dan telunjuk, preputium ditarik kebawah
16.
Membersihkan daerah meatus dengan kapas sublimat dan pinset
17.
Wanita
: bersihkan daerah labia luar terakhir bagian meatus, kapas hanya sekali pakai
18.
Pria
: bersihkan dengan arah melingkar dari meatus keluar, minimum 3x
19.
Lumasi ujung kateter dengan xylocain jelly
20.
Wanita
: 4 – 5 cm
21.
Pria
: 15 – 18 cm
22.
Memasukkan kateter
23.
Wanita sepanjang 5 – 7 cm sampai urin keluar
24.
Pria : sepanjang 18 – 20 cm sampai urin keluar, tegakkan penis dengan sudut 90 derajat
25.
Jika waktu memasukkan kateter terasa adanya tahanan jangan dilanjutkan
26.
Selama pemasangan kateter anjurkan pasien untuk napas dalam
27.
Masukkan lagi kateter sepanjang 2 cm sambil sedikit diputar
28.
Isi balon kateter dengan NaCl sebanyak yang yang ditentukan, menggunaka spuit tanpa jarm
29.
Tarik kateter perlahan-lahansampai ada tahanan balon
30.
Fiksasi keteter menggunakan plester
31.
Gantung urin bag dengan posisi lebih rendah dari pada vesica urinaria
32.
Beri posisi yang nyaman pada pasien
33.
Rapikan alat-alat pada tempatnya
34.
Perawat mencuci tangan
35.
Catat: prosedur pelaksanaan, kondisi perineum dan meatus, waktu, konsistesi warna, bau, jumlah urin, reaksi pasien pada catatan perawat
DAFTAR PUSTAKA
Buku kompetensi I. 2006. Pembelajaran Praktik Klinik Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia, tidak dipublikasikan. Surabaya : STIKES Hang Tuah
Hardjowijoto, S. 2002. Pedoman Keterampilan Medik: Semester 6. edisi kedua. Surabaya : FKUA
Hidayat, AAA. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Buku 2. Jakarta : Salemba Medika
Potter & Perry. 1997. Fundamentals of Nursing 3Th ed. The Art and Science of Nursing Care. Philadelphia-New York : Lippincott
Komentar
Mens titanium rings are designed for the welding titanium men, women, men. These rings are titanium frame glasses designed for the women and the ion titanium on brassy hair men's athletic black titanium wedding bands teams. titanium ranger