LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA FEBRIS
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Tulisan ini di tujukan kepada seluruh pembaca baik dari unsur praktisi, pendidikan atau siswa. khususnya anak anak didikku yang sedang menjalani PKL atau magang. semoga tulisan ini dapat membantu kalian untuk menyusun laporan magang.
sebelumya hal yang harus kalian lakukan adalah :
1. buka microsoft word
2. setting font kalian untuk cover 14 , dan isi 12
silahkan copy dan paste mulai dari cover sampai daftar pustaka tulisan dibawah ini
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS FEBRIS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FEBRIS
A. KONSEP TEORI
- PENGERTIAN
Febris sebenarnya bukanlah penyakit, melainkan gejala dari penyakit. Ada banyak gangguan kesehatan yang kemunculannya ditandai dengan demam, terutama penyakit infeksi.
Demam merupakan suatu keaadan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termogulasi) di hipotalamus penyakit-penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang system tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Sodikin. 2012)
Demam merupakan suatu keadaan saat suhu tubuh manusia berada di atas normal atau diatas 37oC dan merupakan salah satu gejala saat tubuh manusia terserang penyakit (Cahyaningrum & Putri, 2017).
Berdasarkan paparan beberapa ahli diatas dapat disimpulkan demam merupakan suatu keadaan saat suhu tubuh manusia berada di atas normal atau diatas 37oC sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus yang dapat menyerang sistem tubuh.
2.ETIOLOGI
Demam sering
disebabkan karena infeksi.
Penyebab demam selain
infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam Thobaroni (2015) bahwa etiologi febris diantaranya:
a. Suhu lingkungan.
b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media
f. Imunisasi
3. MAIFESTASI KLINIS
Selain tubuh yang terasa panas saat disentuh, demam juga bisa memicu munculnya gejala lain, seperti:
- Banyak berkeringat
- Menggigil
- Pusing
- Sakit otot
- Tidak nafsu makan
- Mudah marah
- Dehidrasi
- Lemas
Anak-anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun juga bisa mengalami kejang saat suhu tubuhnya melebihi normal.
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
1) Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C -39⁰C)
2) Kulit kemerahan
3) Hangat pada sentuhan
4) Peningkatan frekuensi pernapasan
5) Menggigil
6) dehidrasi
Dehidrasi
7) Kehilangan nafsu makan
4. KOMPLIKASI
Menurut Nurarif (2015) komplikasi dari demam adalah:
a. Dehidrasi : demam meningkatkan penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam).
Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangandalam 24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayakan otak.
5. PENATALAKSANAAN
Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap demam dapat dilakukan dengan tindakan farmakologis dan tindakan non farmakologis. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani demam pada anak :
1) Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antipiretik berupa:
a. a. Paracetamol
Paracetamol merupakan obat pilihan pertama untuk menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/Kg BB akan menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam waktu 3-4 jam
b. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek anti peradangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis 5mg/Kg BB
2) Tindakan non farmakologis
Menurut (Nurarif, 2015). Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat dilakukan:
a. Memberikan minuman yang banyak
b. Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
c. Menggunakan pakaian yang tidak tebal
d. Memberikan kompres
Untuk mempercepat kembalinya suhu normal tubuh, Anda dapat melakukan beberapa langkah, seperti:
- Mengonsumsi obat penurun panas yang dalam istilah medis, disebut sebagai antipiretik. Contoh obat antipiretik adalah paracetamol dan ibuprofen.
- Mengompres tubuh dengan kompres dingin
- Banyak minum air putih
- Menambah waktu istirahat
- Menghentikan konsumsi obat apabila febris dipicu oleh efek samping obat
Sementara itu, untuk kondisi hiperpireksia, dokter biasanya memberikan obat dengan dosis yang lebih tinggi melalui infus, sekaligus asupan cairan agar suhu tubuh bisa segera turun, sebelum muncul kerusakan otak.
Apabila demam yang terjadi disebabkan oleh infeksi, maka obat antibiotik, antivirus, ataupun antijamur akan diberikan untuk menghentikan pertumbuhan patogen penyebab penyakit, sehingga suhu tubuh bisa turun.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA FEBRIS
1. PENGKAJIAN
Pengkajian mencakup pengumpulan informasi subjektif dan objektif (misal: TTV, wawancara pasien/keluarga, pemeriksaan fisik) dan peninjauan informasi riwayat pasien yang diberikan oleh pasien/keluarga (untuk mengidentifikasi peluang promosi kesehatan) dan risiko (untuk mencegah atau menunda potensi masalah) (NANDA, 2018).
1) Pengkajian berupa:
a. Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan.
b. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian): panas
c. Riwayat kesehatan sekarang: sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah
d. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).
e. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak).
1) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi.
2) Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisidan metabolisme
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif dan perseptual
g. Pola toleransi dan koping stress
h. Pola nilai dan keyakinan
i. Pola hubungan dan peran
2. DIAGNOSA
Diagnosa:
1) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
2) Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan dan peningkatan suhu tubuh.
3) Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kemampuan dalam mengabsorbsi makanan.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan anggota tubuh
5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi
3. INTERVENSI
Perencanaan yang ada pada diagnosis demam:
1) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan: suhu tubuh pasien turun dan bertahan dalam batas normal. Kriteria hasil: temperatur suhu tubuh dalam batas normal Intervensi:
a.
Obsevasi tanda-tanda vital tiap
2-3 jam
Rasional: untuk memantau keadaan keadaan umum selama proses penyakit.
b.
Anjurkan banyak minum air putih 2-3 jam
Rasional: membantu memelihara kebutuhan cairan dan menurunkan resiko dehidrasi.
c. Anjurkan untuk menggunakan baju yang tipis dan menyerap keringat.
Rasional: memberi rasa nyaman, pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.
d.
Jelaskan proses terjadinya hipertermi
Rasional: mengerti proses penyakit yang diderita.
e.
Edukasi untuk mengatasi
hipertermi dengan:
lakukan kompres hangat pada lipatan paha dan aksila, banyak minum air putih 1-2 liter, anjurkan untuk memakai pakaian tipis
f. Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik dan antibiotik Rasional: antipiretik untuk mengurangi demam, antibiotik untuk membunuh kuman infeksi.
2) Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan, muntah, peningkatan suhu tubuh
Tujuan: klien tidak muntah lagi, setelah dilakukan asuhan keperawatan selam 3x24 jam.
Kriteria:
Kebuuhan cairan terpenuhi
Tidak ada tanda dehidrasi
Intervensi:
a.
Monitor tanda- tanda vital
Rasional: mengetahui suhu, nadi, dan pernafasan
b.
Kaji status dehidrasi
Rasional: mengetahui derajat status dehidrasi
c.
Anjurkan untuk
banayak minum air putih
rasional: membantu memelihara kebutuhan cairan dan menurunkan resiko dehidrasi.
d.
Lakukan program pemberian
cairan laksativ
Rasional: mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
3) Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mengabsorbsi makanan.
Tujuan: tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
Kriteria hasil: nafsu makan meningkat, makan habis satu porsi, berat badan klien meningkat
Intervensi:
a.
Kaji status nutrisi
anak
Rasional: mengetahui langkah pemenuhan nutrisi
b. Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering.Rasional: meningkatkan jumlah masukan dan mengurangi mual dan muntah.
c.
Timbang berat badan
klien setiap 3 hari
Rasional: mengetahui peningkatan dan penurunan berat badan.
d.
Pertahankan kebersihan
mulut anak
Rasional: menghilangkan rasa tidak enak pada mulut atau lidah dan dapat meningkatkan nafsu makan.
e. Jelaskan pada keluarga pentingnya intake nutrisi yang adekuat
Rasional: memberikan motivasi pada keluarga untuk memberikan makanan sesuai kebutuhan.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan anggota tubuh
Tujuan: Anak dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kemampuan dan mendapatkan istirahat dan tidur yang adekuat Kriteria hasil: Klien mampu melakukan aktivitas dan latihan secara mandiri
Intervensi:
a. Pertahankan tirah baring awal bila terjadi edema hebat
Rasional : Tirah baring yang sesuai gaya gravitasi dapat menurunkan edema.
b. Seimbangkan istirahat dan aktivitas bila ambulasi
Rasional : Ambulasi menyebabkan kelelehan
c.
Rencanakan dan berikan aktivitas tenang
Rasional : Aktivitas yang tenang mengurangi penggunaan energi yang dapat menyebabkan kelelahan
d. Instruksiksn istirahat bila anak mulai merasa lelah
Rasional : Mengadekuatkan fase istirahat anak
e.
Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : Anak dapat menikmati masa istirahatnya
5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi
Tujuan: Menunjukan peningkatan pemahaman atau pengetahuan tentang perawatan penyakitnya.
Kriteria hasil:
Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program pengobatan
b. Pasien dan keluarga mampu melaksakan prosedur yang dijelaskan secara benar
Intervensi:
a. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya
Rasional: Untuk menentukan intervensi selanjutnya
b. Memberi peluang pada klien untuk memperoleh informasi tentang penyakitnya
Rasional: Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya secara jelas
c. Memberi pemahaman pada klien tentang penyakitnya
d. Berikan informasi dalam berbagai variasi proses pembelajaran. (tanya jawab, leaflet instruksi ringkas, aktivitaskelompok)
Rasional: meningkatkan penyerapan materi pembejaran
4. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi.Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukann merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain.
5. EVALUASI
Asuhan Keperawatan Pada...,Khulfi Mawadah
Warohmah Wati, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2020
Komentar